Sang Penghancur

Gambar
Tanah yang kupijak retak. Dinding yang kusentuh hancur. Manusia yang kusentuh meledak. Tanaman yang kusentuh langsung layu. Hewan yang kusentuh juga langsung hancur. Inilah aku sang Penghancur. Sebulan yang lalu, sebelum aku mendapatkan kutukan sebagai sang Penghancur. Saat itu aku baru mandi sore. Karena terlalu lelah setelah bekerja seharian, aku berencana untuk menonton televisi. Tapi, baru saja kunyalakan, televisi itu langsung meledak. Tanah yang kupijak retak. Entah angin dari mana, kutukan itu aktif begitu saja. "Hero, kau sedang apa?!" seru ibuku yang mendengar keributan yang baru saja kulakukan. Aku tak bergeming. Belum paham dengan apa yang baru saja terjadi. "Saya tadi menyalakan televisi, Bu. Tapi tiba-tiba meledak televisinya." Aku berusaha menjelaskan. Ibuku menggeleng bingung. Tapi segera tersenyum karena sebenarnya hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke dua puluh. Sepertinya beliau berencana memaafkan semua kesalahanku hari ini. Lalu mendekatiku.

Lima Botol


Meskipun saja kisah ini dibintangi oleh dirimu sendiri.
Yah, dirimu. Iya, kamu yang sedang membaca kalimat-kalimat ini. Siapapun itu, seorang pelajar kah, seorang pekerja kah, orang yang sedih, orang yang hanya mengukur diri sendiri, atau bahkan orang yang merasa paling baik. Siapapun itu. Saat ini, yah cuma saat ini, lepas semua status itu. kalian tidak menjawab lagi. Karena kalian sudah masuk dalam Tantangan Horor.


Hari ini adalah malam yang aneh bagi dirimu. Tak peduli apa yang ingin Anda lakukan, entah itu hal yang menyenangkan atau hal yang menyenangkan semua yang telah Anda pikirkan. Kau lebih peduli dengan dirimu saat ini. Terikat dengan kuat di kursi. Matamu tertutup rapat dengan kain tanpa celah. Mulutmu terbungkam erat oleh lakban yang tebal berlapis-lapis. Begitu bingung. Sampai kau mendengar suara serak berbicara padamu.


"Selamat datang dalam tantangan horor!" serunya dengan lantang. Suaranya memantul-mantul di dinding ruangan. Rasa-rasanya dia tidak berbicara padamu. Dia berbicara pada seseorang. Penonton.


"Siapa kau?" tanyamu gelisah. Mungkin karena ketakutanmu, suaramu malah terdengar seperti tikus. Padahal kau bertanya dalam hati itu. Yah, sebegitu menakutkannya sampai-sampai suara terdengar seperti itu.


Seseorang itu tergelak keras. Mendengarnya pusing. "Sudahlah, mari kita persingkat permainan ini. Di depanmu sudah ada lima botol minuman." Untuk yang kali ini, dia benar-benar berbicara tentang hal tersebut. Tiga di antaranya adalah air putih. Satu berisi asam lambung yang membuatmu meleleh. Satu lagi adalah susu yang lezat. Peraturannya mudah sekali. Kau akan bebaskan jika berhasil memilih susu. Tentu saja kau akan kalah jika memilih botol berisi asam lambung. tak yakin kau bisa hidup setelah meminumnya."


Mendengar suaranya membuatmu benar-benar tak berdaya. Seakan terhipnotis, Anda harus mengikuti permainan ini. Menurutmu yang paling benar dilakukan saat ini. Lagipula apa yang bisa kau lakukan saat ini. Kau tak bisa apa-apa selain menurut.


"Baiklah, aku tidak mau menganggapku sebagai orang jahat. Aku akan memberikan keringanan tentunya. Aku akan memberikan kesempatan mencium aroma dari setiap botol."


Satu persatu botol demi botol melintas di hidungmu. Menyenggolmu dengan aroma mereka. Membuatmu menerka-nerka isi dari setiap botol. Bingung karena isi dari setiap botol memiliki aroma yang hampir sama. Meski begitu kau pun sudah punya tebakan di botol ke berapa yang berisi susu.


"Nah, sekarang pilih botol pertamamu!"


Tentu saja itu menbuatmu mengernyitkan dahi. Bagaimana mungkin orang yang terbungkam lakban yang berlapis-lapis bisa kata kata. Tapi, seakan orang itu bisa membaca isi hatimu dia berbisik tajam di telingamu. "Kau bisa menggunakan jari-jarimu itu, Pendusta!"


Keringat dingin mengalir dari dahimu. Ketakutan yang hanya sebutir debu tadi telah melebar menutupi tubuhmu. Disebut pendusta membuatmu marah. Entah alasannya karena itu salah atau sebaliknya. Tapi, setelah itu orang itu memintamu untuk menyebutkan botol pertamamu.


Dengan yakin kau mengangkat jarimu. Orang asing itu tersenyum puas. Takjub dengan indera penciumanmu. Tapi, tetap saja kau pihak yang dirugikan di sini. Meski sebenarnya jari-jarimu menunjukkan botol berisi susu, orang itu akan mengambilkanmu botol air putih.


Sebuah lubang dibuat pada lakban tebal itu. Orang itu memasukkan sebuah corong kecil. Sedikit demi sedikit menyangkan botol pilihannya. Dirimu yang terlalu percaya diri menjadi kecewa saat tahu kalau itu air putih biasa. Tapi, bagaimana mungkin? Di sisi lain bersyukur tak meminum asam lambung yang katanya mampu melelehkan besi.


Botol pertama yang sudah kau minum isinya di singkirkan. Kini tersisa empat botol. Masalah baru muncul ketika orang itu memintamu memilih lagi. Sedangkan kau dengar botol-botol itu telah digeser dari tempat awalnya. Dan kau tak diberi kesempatan lagi untuk mencium baunya. Kau mulai menganggap permainan ini gila karena kau yakin akan kalah. Kau meronta. Ber dalam kantong diam. Memaki-maki orang itu dalam hati. Sayangnya semua itu sia-sia. Kau malah membuat orang itu tergelak dengan tingkah lucumu. Kau memang bodoh.


Pada akhirnya kau pasrah dan memilih botol berikutnya. Kali ini kau benar-benar difokuskan pilihanmu. Berharap mendapatkan botol berisi susu. Namun, lagi-lagi yang dirasakan lidahmu adalah air hambar. Sekali lagi kau gagal sekaligus selamat. Itu lebih baik untuk sekarang.


Sekali lagi botol diputar. Kau semua merasa tak adil bagimu. Merutuk nasib sialmu saat ini.


Orang itu terkekeh seakan tahu apa yang kau batin. "Yah, memang keadilan keadilan itu harus sama."


Kau benar-benar frustasi dan benar-benar gila. Kau berusaha untuk berusaha bebas dari tempat ini. Kau berpikir kalau lebih cepat menegak asam lambung itu lebih baik. Apapun itu kau benar-benar ingin mati. Jadi, tanpa pikir panjang dan sebelum orang itu menyuruhmu memilih botol, kau sudah mengacungkan jari.


"Anak yang baik? Aku yakin semua orang menyukaimu." Untuk sekian kalinya tawanya menggema di ruangan. Persetan dengan tempat ini.


Tapi, izin sekali lagi kau telah ditipu, kau dipilihkan botol berisi air putih lagi oleh orang itu. Lambungmu mulai penuh dengan udara kosong. Membuat kembung. Rasanya tidak enak. Kau ingin memuntahkannya. Tapi, tak bisa, saat kau lakukan, lakban itu akan mencegahnya dan membuatmu jadi air-air itu kembali.


Sekali lagi kau meronta. Tapi percayalah kau tak peduli kabur. Kau sendiri sebenarnya tak percaya saat itu. Yang kau hanya asam lambung dan asam lambung. Cepat bunuh aku! Cepat bunuh aku! Cepatlah brengsek! Itu maumu, kan ?!


Tak peduli denganmu, orang itu menanyakan botol terakhirmu. Kau sudah tidak peduli lagi. Kau mengacungkan jari untuk sekali lagi. Kali ini kau benar-benar pasrah berharap mendapatkan yang. Kau sudah gila mudahnya.


"Dia memilih botol yang benar."


Kau sebenarnya tak percaya sampai rasa manis dan gurih lewat dikerongkongamu setelahnya. Membuatmu sadar kembali kalau hidup itu lebih penting menyerah. Kau dengan tepuk tangan kecil di sampingmu.


"Selamat! Kau berhasil menghadapi tantangan kami!"


Satu-satu ikatan dan kekangan pada mengabaikanmu. Kau bisa melihat empat botol berserakan di lantai dan satu lagu bitol yang tampak bengkok dan mengepulkan asap di atas meja. Kau benar-benar gembira. Tak ada kata yang bisa menggambarkan itu. Kau merasa senang dan bebas untuk saat ini.


Saat ini kau bisa melihat orang yang selalu menyuruh-nyuruhmu itu. Orang yang licik dengan wajah yang tampan sebenarnya.Hanya saja dua jahitan melintang di gambar menyeramkan. Matanya juga sangat tajam. Kau merasa harus segera pergi.


"Apa saya sudah boleh pergi?" tanyamu tanpa memandang orang itu lagi. Yang kau pandang hanya pintu abu-abu di depanmu.


"Tentu saja. Kau sudah melewati tantangan ini." Dia tersenyum padamu.Senyum yang menyiratkan kemisteriusan. Sayangnya kau tak melihat itu. Kau sudah berlari menuju pintu itu.


TAPI, sebelum kau menonton pintu itu, tubuhmu telah ambruk di tanah. Darah bermuncratan dari segala lubang tubuhmu. Mata. Hidung. Mulut. Telinga. Lubang pantat. Lubang kemaluan. Dirimu seakan meledak.Jantungmu berdetak tak stabil. Yang kau rasakan adalah kehancuran dari dalam.


Tiba-tiba orang itu tertawa lagi. "Ups, maaf. Hehe aku lupa memberitahumu air putih itu adalah racun yang hanya aktif setelah terkontaminasi susu."


Kau benar-benar sial.


Cerita kelanjutan ini adalah milikmu, kau tahu ijin. Kau bisa menganggap ini sebuah mimpi atau pun yang lainnya. Tapi, percayalah selama kau hidup kau akan kembali ke Tantangan Horor.


Sc Pict: Pinterest

Re-edit: Canva

~~~

Untuk cerita tidak masuk akal lainnya


Cerita Horor


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Penghancur